Resensi Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Karya Salim A Fillah

Redaksi PetiknetSabtu, 15 April 2023 | 19:36 WIB
Review Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Karya Salim A Fillah
Review Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Karya Salim A Fillah

Hal terpenting, ada banyak pesan yang tersirat dan tersurat. Terutama tentang dakwah dan persatuan umat. Golongan priyayi/ bangsawan dan kyai/ santri yang tidak pernah erat, bagaimana Diponegoro bisa menjadikan mereka semua berbaris rapat. Di sini ada banyak fiqih dakwah yang bisa dipelajari. “Dakwah itu menyentuh hati dan merengkuh jiwa.” (hal. 516) Lalu di tengah diskusi ulama besar Nusantara di Masjidil Haram tentang ajaran Muhammad ibn ‘Abdil Wahhab tersebutlah hikmah,

“Pemahaman di tingkat gurunya serupa saja. Tapi para murid suka menajam-najamkan perbedaan tipis, membesar-besarkan selisih yang kecil, ditambahi dengan kesombongan mereka yang jauh dari ketawadhuan gurunya dan kekasaran mereka yang jauh dari kelembutan Syaikhnya.” (hal. 161)

Selain itu, alur cerita yang agak acak juga bisa menjadi tantangan bagi sebagian pembaca. Meskipun ini adalah fiksi yang biasanya dianggap membosankan, Salim A. Fillah berhasil membuat cerita yang menarik dan penuh kejutan. Ada banyak plot yang tidak bisa dilewatkan, dan twist di akhir cerita Cao Wan Jie yang tidak bisa diprediksi membuat pembaca terus dikejar rasa penasaran.

Tak hanya itu, buku ini juga sarat dengan pesan-pesan yang tersirat dan tersurat, terutama tentang dakwah dan persatuan umat. Pembaca akan melihat bagaimana Diponegoro mampu menjadikan golongan priyayi/bangsawan dan kyai/santri yang sebelumnya tak pernah erat menjadi satu dalam perjuangannya. Ada banyak fiqih dakwah yang bisa dipetik dari buku ini, seperti ungkapan “Dakwah itu menyentuh hati dan merengkuh jiwa” (hal. 516).

Selain itu, melalui buku ini pembaca juga akan mendapat pengetahuan tentang Turki, sejarah kerajaan Islam di Jawa, sejarah aneksasi Belanda ke Indonesia, filosofi keris, filosofi ayam ingkung, strategi perang dengan tombak, filosofi desain masjid Agung Yogyakarta dan alun-alunnya, filosofi motif batik keluarga keraton, dan masih banyak lagi.

Tentu saja, ada juga kesulitan dalam membaca fiksi sejarah seperti banyaknya nama tokoh, tanggal, nama tempat, kejadian, dan kutipan istilah yang mungkin sulit diingat dan diikuti. Selain itu, beberapa pilihan kalimat langsung dan dialog romansa yang terlalu khas gaya penulisan Salim A. Fillah juga bisa kurang sesuai dengan latar sejarah. Ada juga koreksi kecil terkait salah penyebutan nama di halaman 399 (seharusnya Basah Katib, bukan Basah Nurkandam).

Apakah Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Karya Salim A Fillah layak untuk dibaca?

Berdasarkan ulasan yang telah disampaikan, buku “Sang Pangeran dan Terakhir” karya layak untuk dibaca terutama bagi pembaca yang menyukai genre sejarah dan petualangan. Buku ini menawarkan pengalaman membaca yang menarik dan penuh dengan aksi yang menegangkan, ditambah lagi dengan penjelasan sejarah yang cukup detail mengenai .