Namun, pada akhirnya, janissary juga terkena dampak dari perubahan zaman. Penulis menggambarkan bagaimana janissary yang pada awalnya dianggap sebagai pasukan elit, akhirnya menjadi sumber ketidakstabilan dalam kekaisaran karena otoritas yang mereka miliki yang sulit dikontrol oleh pihak kekaisaran. Ini akhirnya memicu pembubaran janissary oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826.
Dalam buku “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir”, latar belakang sejarah Dinasti Utsmaniyah yang dipaparkan oleh penulis menjadi latar belakang yang kuat bagi kisah fiksi sejarah yang dibangun dalam buku ini.
Gaya Penulisan Buku Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Karya Salim A Fillah
Gaya penulisan dalam buku “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir” karya Salim A Fillah dapat dikatakan cukup lugas dan mudah dipahami. Penulis menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana namun tetap mempertahankan keindahan sastra. Gaya bahasanya cenderung deskriptif, dengan banyak menggambarkan detail dan situasi dalam setiap adegan.
Selain itu, penulis juga menggunakan gaya narasi yang cukup kuat, sehingga membawa pembaca untuk merasakan emosi dan suasana yang dihadirkan dalam cerita. Selama membaca buku ini, pembaca dapat merasakan ketegangan, kecemasan, kebahagiaan, dan kesedihan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
Namun, terkadang penulis juga terlihat terlalu tergesa-gesa dalam menggambarkan situasi atau peristiwa dalam cerita. Beberapa bagian cerita terasa terlalu cepat dan tidak mendalam dalam menguraikan detail cerita, sehingga terkesan hanya dianggap sebatas informasi saja. Selain itu, terdapat beberapa kesalahan tata bahasa atau ejaan yang mungkin dapat mengganggu kenyamanan membaca.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, gaya penulisan dalam buku ini cukup baik dan mampu membawa pembaca terlibat dalam cerita yang disampaikan oleh penulis.
Tema Buku “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir”
Tema yang terdapat dalam buku “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir” adalah tentang keberanian, kehormatan, dan pengorbanan. Buku ini mengisahkan perjuangan Sultan Abdul Hamid II dan Janissary terakhir, Hasan, dalam menjaga kehormatan dan kemerdekaan Kesultanan Utsmaniyah dari kekuatan asing yang ingin menguasainya.