Novel Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati Pdf Full Chapter

Redaksi PetiknetSabtu, 17 September 2022 | 06:22 WIB
Cerita Novel Gairah Membara Cinta Tak Pernah Mati Pdf Full Chapter
Cerita Novel Gairah Membara Cinta Tak Pernah Mati Pdf Full Chapter

“Benar. Tapi Tuan Hadi, saya ingin mengingatkan pada Anda bahwa ayah Anda tidak dalam keadaan yang sehat sekarang. Jika beliau tahu tentang ini, saya merasa cemas beliau akan kehilangan kesabarannya lagi. Apalagi jika ada berita yang menyebar mengenai Anda telah dicampakkan oleh istri Anda, saya khawatir itu akan meninggalkan dampak buruk bagi Anda dan juga pada perusahaan,” pungkas Panji dengan tenang.

“Baiklah. Letakkan perjanjian itu di kantorku. Dua hari lagi, aku akan kembali ke Kota Yoya.”

“Baik, Tuan Hadi.” Panji tidak berani mengatakan apa-apa lagi.

Lagi pula, begitu Kusuma mengambil keputusan, tidak ada yang bisa mengubah keputusannya.

Di Bar Malam Biru di Kota Yoya.

Saat malam tiba, semakin banyak anak muda yang berjalan memasuki bar itu.

Biasanya Dewi memilih untuk mengenakan pakaian kasual. Tetapi karena hari ini adalah hari ulang tahunnya, dia memutuskan untuk mengenakan gaun merah muda yang dihiasi dengan renda. Merupakan sesuatu hal yang tidak biasa baginya untuk berpakaian feminin layaknya seorang gadis. Beberapa teman sekelasnya mengeluarkan ponsel mereka masing-masing dan berfoto dengannya.

Saat mereka menikmati pesta, entah dari mana datang seorang pria bertubuh gemuk yang mabuk dan melingkarkan lengannya di pinggang Dewi.

“Hei, gadis cantik. Ayo kita berdua berfoto juga.”

Saat pria itu mulai melakukan pelecehan seksual padanya, Dewi menampar wajahnya dengan sekuat tenaga.

Pria mabuk itu dalam sejekap langsung tersadar. Dia menggertakkan gigi karena marah dan berjalan mendekat, berniat memberikan pelajaran pada Dewi.

Untungnya, teman-teman sekelasnya langsung berdiri di depannya untuk melindungi Dewi dari pria itu.

Dewi adalah seorang gadis yang sangat cantik. Ini bukan pertama kalinya dia mengalami pelecehan dari pria menjijikkan seperti ini.

Salah satu teman sekelas Dewi memandang pria yang mabuk itu dari atas ke bawah dan berkomentar dengan penuh rasa jijik, “Bisakah kamu bersikap baik? Sungguh sangat memalukan melihat seorang lelaki tua sepertimu mengganggu seorang gadis muda.”

“Lain kali, lihat bagaimana penampilan dirimu sendiri di cermin sebelum pergi meninggalkan rumah. Bagaimana bisa kamu memiliki keberanian untuk mengajak berfoto seorang gadis yang begitu cantik? Dasar orang gila,” ejek yang lain.

Pria itu semakin marah karena sekelompok anak muda menghina penampilannya. Dengan marah, dia meletakkan minumannya dan berteriak, “Beraninya kamu?! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!”

Begitu pria mabuk itu mengucapkan kata-kata tersebut, dia melambaikan tangannya. Beberapa saat kemudian, sekelompok preman mengepung Dewi dan teman-teman sekelasnya.

Orang-orang yang menghadiri acara ulang tahun Dewi adalah mahasiswa. Mereka takut akan membuat masalah untuk diri mereka sendiri, jadi mereka tidak berani melakukan keributan di luar kampus.

Sementara itu, mata Dewi melebar ngeri saat menyadari bahwa mereka kalah jumlah dengan para preman itu. Jadi, tanpa ragu-ragu, dia berteriak pada teman-temannya, “Lari!”

Teman-teman sekelasnya juga sadar bahwa ini bukan waktu yang tepat bagi mereka untuk berusaha menjadi seorang pahlawan. Tanpa membuang waktu, mereka mengambil tas mereka dan berlari pergi dari tempat itu.

Para preman tentu saja tidak tinggal diam, mereka berusaha mengejar teman-teman Dewi yang berlari ke segala arah.

Sayangnya untuk Dewi, dia tidak bisa berlari kencang karena dia mengenakan gaun dan sepatu hak tinggi. Bahkan sebelum dia bisa mencapai pintu keluar, dirinya terpisah dari teman-temannya.

Karena itu, dia melepas sepatu yang dia kenakan dan berlari dengan kaki telanjang.

Ketika dia berbelok di sebuah tikungan, matanya tiba-tiba melihat sosok yang akrab.

Sementara itu, para preman yang mengejarnya bergerak semakin dekat. Dewi, yang sedikit mabuk, tidak punya waktu untuk memikirkan rencana, jadi dia hanya melemparkan dirinya ke dalam pelukan pria itu dan memeluknya dengan penuh rasa putus asa. “Sayang!” dia mengucapkan kata itu dengan suara paling centil yang bisa dia kerahkan.